KESALAHAN ISTRI KEPADA SUAMI
Sebelum menikah, seorang wanita membayangkan
pernikahan yang begitu indah, kehidupan yang sangat romantis sebagaimana ia
baca dalam novel maupun ia saksikan dalam sinetron-sinetron.
Ia memiliki gambaran yang sangat ideal dari
sebuah pernikahan. Kelelahan yang sangat, cape, masalah keuangan, dan segudang
problematika di dalam sebuah keluarga luput dari gambaran nya.
Ia hanya membayangkan yang indah-indah dan
enak-enak dalam sebuah perkawinan.
Akhirnya, ketika ia harus menghadapi semua itu,
ia tidak siap. Ia kurang bisa menerima keadaan, hal ini terjadi berlarut-larut,
ia selalu saja menuntut suaminya agar keluarga yang mereka bina sesuai dengan
gambaran ideal yang senantiasa ia impikan sejak muda.
Seorang wanita yang hendak menikah, alangkah
baiknya jika ia melihat lembaga perkawinan dengan pemahaman yang utuh, tidak
sepotong-potong, romantika keluarga beserta problematika yang ada di dalamnya.
2. Nusyus (tidak
taat kepada suami)
Nusyus adalah sikap membangkang, tidak patuh dan
tidak taat kepada suami. Wanita yang melakukan nusyus adalah wanita yang
melawan suami, melanggar perintahnya, tidak taat kepadanya, dan tidak ridha
pada kedudukan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan untuknya.
Nusyus memiliki beberapa bentuk, diantaranya
adalah:
1. Menolak ajakan suami ketika mengajaknya ke
tempat tidur, dengan terang-terangan maupun secara samar.
2. Mengkhianati suami, misalnya dengan menjalin
hubungan gelap dengan pria lain.
3. Memasukkan seseorang yang tidak disenangi
suami ke dalam rumah
4. Lalai dalam melayani suami
5. Mubazir dan menghambur-hamburkan uang pada
yang bukan tempatnya
6. Menyakiti suami dengan tutur kata yang buruk,
mencela, dan mengejeknya
7. Keluar rumah tanpa izin suami
8. Menyebarkan dan mencela rahasia-rahasia suami.
Seorang istri shalihah akan senantiasa
menempatkan ketaatan kepada suami di atas segala-galanya. Tentu saja bukan
ketaatan dalam kedurhakaan kepada Allah, karena tidak ada ketaatan dalam
maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia akan taat kapan pun, dalam situasi
apapun, senang maupun susah, lapang maupun sempit, suka ataupun duka. Ketaatan
istri seperti ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan cinta dan
memelihara kesetiaan suami.
3. Tidak menyukai
keluarga suami
Terkadang seorang istri menginginkan agar seluruh
perhatian dan kasih sayang sang suami hanya tercurah pada dirinya. Tak boleh
sedikit pun waktu dan perhatian diberikan kepada selainnya. Termasuk juga
kepada orang tua suami. Padahal, di satu sisi, suami harus berbakti dan
memuliakan orang tuanya, terlebih ibunya.
Salah satu bentuknya adalah cemburu terhadap ibu
mertuanya. Ia menganggap ibu mertua sebagai pesaing utama dalam mendapatkan
cinta, perhatian, dan kasih sayang suami. Terkadang, sebagian istri berani
menghina dan melecehkan orang tua suami, bahkan ia tak jarang berusaha merayu
suami untuk berbuat durhaka kepada orang tuanya. Terkadang istri sengaja
mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang tua dan keluarga suami, atau
membesar-besarkan suatu masalah, bahkan tak segan untuk memfitnah keluarga
suami.
Ada juga seorang istri yang menuntut suaminya
agar lebih menyukai keluarga istri, ia berusaha menjauhkan suami dari
keluarganya dengan berbagai cara.
Ikatan pernikahan bukan hanya menyatukan dua
insan dalam sebuah lembaga pernikahan, namun juga ‘pernikahan antar keluarga’.
Kedua orang tua suami adalah orang tua istri, keluarga suami adalah keluarga
istri, demikian sebaliknya. Menjalin hubungan baik dengan keluarga suami
merupakan salah satu keharmonisan keluarga. Suami akan merasa tenang dan
bahagia jika istrinya mampu memposisikan dirinya dalam kelurga suami. Hal ini
akan menambah cinta dan kasih sayang suami.
4. Tidak menjaga
penampilan
Terkadang, seorang istri berhias, berdandan, dan
mengenakan pakaian yang indah hanya ketika ia keluar rumah, ketika hendak
bepergian, menghadiri undangan, ke kantor, mengunjungi saudara maupun
teman-temannya, pergi ke tempat perbelanjaan, atau ketika ada acara lainnya di
luar rumah. Keadaan ini sungguh berbalik ketika ia di depan suaminya. Ia tidak
peduli dengan tubuhnya yang kotor, cukup hanya mengenakan pakaian seadanya:
terkadang kotor, lusuh, dan berbau, rambutnya kusut masai, ia juga hanya
mencukupkan dengan aroma dapur yang menyengat.
Jika keadaan ini terus menerus dipelihara oleh
istri, jangan heran jika suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan
waktunya di luar ketimbang di rumah. Semestinya, berhiasnya dia lebih ditujukan
kepada suami Janganlah keindahan yang telah dianugerahkan oleh Allah diberikan
kepada orang lain, padahal suami nya di rumah lebih berhak untuk itu.
5. Kurang berterima
kasih
Tidak jarang, seorang suami tidak mampu memenuhi
keinginan sang istri. Apa yang diberikan suami jauh dari apa yang ia harapkan.
Ia tidak puas dengan apa yang diberikan suami, meskipun suaminya sudah berusaha
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keinginan-keinginan
istrinya.
Istri kurang bahkan tidak memiliki rasa terima
kasih kepada suaminya. Ia tidak bersyukur atas karunia Allah yang diberikan
kepadanya lewat suaminya. Ia senantiasa merasa sempit dan kekurangan. Sifat
qona’ah dan ridho terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya sangat jauh dari
dirinya.
Seorang istri yang shalihah tentunya mampu
memahami keterbatasan kemampuan suami. Ia tidak akan membebani suami dengan
sesuatu yang tidak mampu dilakukan suami. Ia akan berterima kasih dan
mensyukuri apa yang telah diberikan suami. Ia bersyukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya, dengan bersyukur, insya Allah, nikmat Allah akan
bertambah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
6. Mengingkari
kebaikan suami
“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.”
Demikian disampaikan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari.
Ajaib !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam,
bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar
ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas
neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika para sabahat bertanya mengapa hal itu bisa
terjadi. Apakah mereka mengingkari Allah?
Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi
mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya.
Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri
melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan
mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya. Demikian
penjelasan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang
diriwayatkan Bukhari (5197).
Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang
telah dilakukan suami!!
Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di
dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita, kita saling introspeksi , apa
dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian,
alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai
saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari
suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya, maka berhati-hatilah dengan apa
yang telah disinyalir oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bertobat,
satu-satunya pilihan utuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari
belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan, masih ada
waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul
maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai
saudariku; kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan
menemui Robb mu?
“Tidaklah seorang isteri yang menyakiti suaminya
di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan
suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah,
seorang suami begimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan
kamu menuju kami.” (HR. At Tirmidzi, hasan)
Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah
kita lakukan selama ini , jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi
diri, jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita
kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.
Jika suatu saat, muncul sesuatu yang tidak kita sukai
dari suami; janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah
suami kita lakukan.
“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya.
Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR.Ahmad)
7. Mengungkit-ungkit
kebaikan
Setiap orang tentunya memiliki kebaikan, tak
terkecuali seorang istri. Yang jadi masalah adalah jika seorang istri menyebut
kebaikan-kebaikannya di depan suami dalam rangka mengungkit-ungkit kebaikannya
semata.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima).” [Al Baqarah: 264]
Abu Dzar radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan,
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ada tiga kelompok
manusia dimana Allah tidak akan berbicara dan tak akan memandang mereka pada
hari kiamat. Dia tidak mensucikan mereka dan untuk mereka adzab yang pedih.”
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya sebanyak tiga kali.” Lalu Abu Dzar
bertanya, “Siapakah mereka yang rugi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Orang yang menjulurkan kain sarungnya ke bawah mata kaki (isbal), orang yang
suka mengungkit-ungkit kebaikannya dan orang yang suka bersumpah palsu ketika
menjual. ” [HR. Muslim]
8. Sibuk di luar
rumah
Seorang istri terkadang memiliki banyak kesibukan
di luar rumah. Kesibukan ini tidak ada salahnya, asalkan mendapat izin suami
dan tidak sampai mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Jangan sampai aktivitas tersebut melalaikan
tanggung jawab nya sebagai seorang istri. Jangan sampai amanah yang sudah
dipikulnya terabaikan.
Ketika suami pulang dari mencari nafkah, ia
mendapati rumah belum beres, cucian masih menumpuk, hidangan belum siap,
anak-anak belum mandi, dan lain sebagainya. Jika hni terjadi terus menerus,
bisa jadi suami tidak betah di rumah, ia lebih suka menghabiskan waktunya di
luar atau di kantor.
9. Cemburu buta
Cemburu merupakan tabiat wanita, ia merupakan
suatu ekspresi cinta. Dalam batas-batas tertentu, dapat dikatakan wajar bila
seorang istri merasa cemburu dan memendam rasa curiga kepada suami yang jarang
berada di rumah. Namun jika rasa cemburu ini berlebihan, melampaui batas, tidak
mendasar, dan hanya berasal dari praduga; maka rasa cemburu ini dapat berubah
menjadi cemburu yang tercela.
Cemburu yang disyariatkan adalah cemburunya istri
terhadap suami karena kemaksiatan yang dilakukannya, misalnya: berzina,
mengurangi hak-hak nya, menzhaliminya, atau lebih mendahulukan istri lain
ketimbang dirinya. Jika terdapat tanda-tanda yang membenarkan hal ini, maka ini
adalah cemburu yang terpuji. Jika hanya dugaan belaka tanpa fakta dan bukti,
maka ini adalah cemburu yang tercela.
Jika kecurigaan istri berlebihan, tidak berdasar
pada fakta dan bukti, cemburu buta, hal ini tentunya akan mengundang kekesalan
dan kejengkelan suami. Ia tidak akan pernah merasa nyaman ketika ada di rumah.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan, kejengkelannya akan dilampiaskan dengan cara
melakukan apa yang disangkakan istri kepada dirinya.
10. Kurang menjaga
perasaan suami
Kepekaan suami maupun istri terhadap perasaan
pasangannya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya konflik,
kesalahpahaman, dan ketersinggungan. Seorang istri hendaknya senantiasa
berhati-hati dalam setiap ucapan dan perbuatannya agar tidak menyakiti perasaan
suami, ia mampu menjaga lisannya dari kebiasaan mencaci, berkata keras, dan
mengkritik dengan cara memojokkan. Istri selalu berusaha untuk menampakkan
wajah yang ramah, menyenangkan, tidak bermuka masam, dan menyejukkan ketika
dipandang suaminya.
Demikian beberapa kesalahan-kesalahan istri yang
terkadang dilakukan kepada suami yang seyogyanya kita hindari agar suami
semakin sayang pada setiap istri. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang
sakinah, mawadah, warohmah.
amin…
Sumber : http://www.eramuslim.com
0 komentar:
Posting Komentar