Selasa, 21 Januari 2014 | By: Unknown

Politik “Pencitraan Diri” adalah Produk Kapitalis



Kehidupan “Postmodern” adalah produk terbaru dari politik kapitalisme. Dimana sesungguhnya hasil politik secara substansinya seperti keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran secara merata tidak akan ada yang didapatkan oleh masyarakat. Sebab sosok yang fenomenal dianggap punya peran besar dalam meraih sukses. Dimana dia dianggap mampu merebut hati pemilih pada semua lapisan masyarakat. Sosok yang bisa “menyihir” masyarakat, agar ikhlas menitipkan berbagai persoalan dan harapan suatu negeri kepadanya. Harapan agar daerahnya menjadi jargon seperti wahyu yang tertuang dalam programnya, kebaikannya, selalu di tempatkan dalam rating tertinggi guna meraih simpati dan menyihir masyarakat.

Politik pencitraan diri ini selalu di junjung oleh media massa, cetak dan elektronik. Dimana seorang Tokoh Baru (super hero) yang di kemas dalam bentuk yang merakyat, bersahaja, tidak kasar, feodal dan tidak korup. “Kemasan” seperti inilah yang selalu berhasil menggugah emosi masyarakat untuk kemudian memilih tokoh ini. Berbeda dengan lawanlawannya selalu digambarkan sebaliknya, bahkan lebih mengerikan lagi. Dari gambaran ini media bagaimana memainkan perannya sebagai control terhadap kekuasaan. Membingkainya dalam suguhan berperilaku baik dan buruk. Agar ada yang terbunuh. Sehingga keterasingan public terhadap keberadaannya lantaran citra dan identitas diri yang digambarkan oleh media begitu buruk padanya. Secara umum kita telah menjual diri pada sosok penawar yang lebih tinggi agar bisa menjadi komoditi dan menciptakan identitas agar di konsumsi public.
Dunia postmodern dimana mereka dilihat tetapi tidak melihat, telah menjadi pola konsumsi kita seharihari. Dengan bodoh dan tanpa hentinya kita yang bukan siapsiapa ini memandangi orangorang yang selalu ditampilkan di media, memandangi citra yang baik dan buruk seseorang lalu mulai mengembangkan issue dan membentuk opini. Dengan kata lain kita lebih mementingkan gambaran mental serta penampilan yang dilihat di media dianggap lebih penting daripada perannya dalam masyarakat yang tidak dilihat.Sialnya lagi kadang kita percaya pada kemasan yang menarik daripada produk aslinya yang belum dikemas.
Di titik inilah masyarakat seharusnya kritis. Tidak terlena dengan kemasan yang dilakukan oleh media yang terbawah emosi dan kepentingan kepada calon tertentu.
Dengan mengutip salah satu pemikir “Marxis” bahwa pencitraan diri merupakan sebuah “New Products” dari politik kapitalis dan postmodern adalah tahapannya.
Oleh sebab itu sesungguhnya politik secara substansi seperti keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran secara merata tidak akan didapatkan oleh masyarakat, karena tokohtokoh ini hanya menawarkan pencitraan diri. Dan masyarakat secara tidak sadar “dipaksa” untuk memilih salah satu diantara mereka. Selain aturan, juga emosi akibat pencitraan ini. Oleh sebab itu masyarakat harus cerdas dalam menentukan pilihan. Supaya kelak, bila harapannya tidak terpenuhi oleh siapapun yang terpilih telah menentukan sikap politiknya dengan baik dan benar.

Sumber  :  kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar